Renungkanlah

Abdullah bin Mubarak berkata:-Saya dapati dosa itu mematikan jiwa manakala melakukan dosa hingga sampai ke peringkat ketagih akan mewarisi kehinaan. Meninggalkan dosa bermakna menghidupkan hati. Oleh itu adalah baik bagi kamu agar menderhakai dosa.

Kulliyah Ust Zahazan

Tafsir at-tahrim siri 1
http://www.mediafire.com/?izdxjjwynml
Tafsir at-tahrim siri 2
http://www.mediafire.com/?td0zmminyzj
Tafsir at-tahrim siri 3
http://www.mediafire.com/?2twm4hdtyzn
Tafsir at-tahrim siri 4
http://www.mediafire.com/?2twm4hdtyzn
Tafsir at-tahrim siri 5
http://www.mediafire.com/?2twm4hdtyzn
Tafsir at-tahrim siri 6
http://www.mediafire.com/?q11jztzfnjm
Tafsir at-tahrim siri 7
http://www.mediafire.com/?j44hy0m2twd
Tafsir at-tahrim siri 8
http://www.mediafire.com/?t0mzklyuygy
Tafsir at-tahrim siri 9
http://www.mediafire.com/?nfe5nzlzmdd
Tafsir at-tahrim siri 10
http://www.mediafire.com/?dcwmmoyzaly
Tafsir at-tahrim siri 11
http://www.mediafire.com/?domxbnznzdn
Tafsir at-tahrim siri 12
http://www.mediafire.com/?gzqjyjkmayd
Tafsir at-tahrim siri 13
http://www.mediafire.com/?xj2myjmjgzd
Tafsir at-tahrim siri 14
http://www.mediafire.com/?zmjhm1itmgx
Tafsir at-tahrim siri 15
http://www.mediafire.com/?mldybyn1nzi

Tafsir at-tahrim siri 17
http://www.mediafire.com/?xnoyujzmtj4

Tafsir at-tahrim siri 19
http://www.mediafire.com/?qqzm4kmnh3l

Tafsir at-tahrim siri 21
http://www.mediafire.com/?yubuwmilymm
Tafsir at-tahrim siri 22
http://www.mediafire.com/?ryywdmjtzxm
Tafsir at-tahrim siri 23
vhttp://www.mediafire.com/?kombyggfjxn
Tafsir at-tahrim siri 25
http://www.mediafire.com/?mdz4rhwzj5j
Tafsir at-tahrim siri 26
http://www.mediafire.com/?fmmitvylzxy
Tafsir at-tahrim siri 27
http://www.mediafire.com/?h0kzwnmnght
Tafsir at-tahrim siri 28
http://www.mediafire.com/?dbwjd54wbtz
Tafsir at-tahrim siri 29
http://www.mediafire.com/?dndzylt4cnd
Tafsir at-tahrim siri 30
http://www.mediafire.com/?wzyeyjkkw2z
Tafsir at-tahrim siri 31
http://www.mediafire.com/?mjqxmzkehgo
Tafsir at-tahrim siri 32
http://www.mediafire.com/?jwtbqyyzvuy

Tuesday, February 28, 2012

Hukum Jual Beli SPERMA melalui 'Bank Sperma'

In the Name Of Allah,Most Gracious Most Merciful..
Menurut perspektif islam..


Praktek jual beli sperma melalui bank sperma menurut Hukum Islam adalah haramkarena pembeli yaitu perempuan yang memasukkan sperma yang dibelinya dari bank sperma ke dalam alat kelaminnya agar bisa hamil dengan inseminasi buatan yaitu suatucara atau teknik memperoleh kehamilan tanpa melalui persetubuhan, padahal spermayang dimasukkan tadi ke dalam alat kelamin perempuan adalah harus dengan seks dalamsuatu ikatan perkawinan.

Oleh karena itu menggunakan sperma bukan melalui melakukanhubungan seks dalam suatu ikatan perkawinan disebut zina dan didalam Islam terdapat beberapa yang dibenarkan oleh syariat untuk dijadikan barang jual beli seperti dalamsyarat sahnya perjanjian jual beli yang salah satunya adalah benda-benda yang dapatdijadikan sebagai objek jual beli haruslah memenuhi persyaratan yaitu adalah dapatdimanfaatkan karena barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat, karenasperma manusia bukanlah barang maka tidak boleh menjualnya.

Mengingat sperma tersebut bukan barang jadi tidak dibolehkan bagi kita mengambil manfaat atau Intifa’dengan sperma tersebut sehingga mengambil manfaat dari sperma adalah haram karena bukanlah suatu barang yang diperbolehkan menjualnya.

Teknik inseminasi buatan dari bank sperma menurut Hukum Islam adalah boleh dilakukan dengan sperma dan ovum suami istri, baik dengan cara mengambil sperma suami yang disuntikkan ke dalam vagina istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilezed ovum) ditanam didalam rahim istri, ini dibolehkan asal keadaan suami istri tersebut benar-benar memerlukannya tapi teknik inseminasi buatan yang melibatkan pihak ketiga hukumnya haram karena alasan syariat tentang haramnya keterlibatan (benih atau rahim) pihak ketiga tersebut merujuk kepada maksud larangan berbuat zina dan teknik inseminasi buatan lebih disebabkan karenafaktor sulitnya terjadi pembuahan alamiah karena sperma suami yang lemah atau tidak terjadinya pertemuan secara alamiah antara sperma dan sel telur atau inseminasi buatanyang dilakukan untuk menolong pasangan yang mandul..

Wednesday, February 22, 2012

Puncak Tasawwuf Rabiatul Adawiyah



In The Name Of Allah,Most Gracious Most Merciful..

tangga terakhir adalah maqam ma’rifat yang akan mengantarkan pada rasa mahabbah (cinta). Mahabbah adalah rasa yang muncul setelah yaqîn dengan wujudnya kekasih (aL-Mahbub). Bagi pecinta (al-muhib) hatinya telah kosong dari selain kekasih karena telah dipenuhi dengan keindahan dan keagungan sang kekasih. Dalam maqam pecinta (al-muhib) seperti ini, nikmat dan bala’ tidak ada bedanya. Setiap nafas yang dikeluarkan adalah hembusan kalam hikmah, karena ia tidak melihat dan mendengar selain dari aL-Mahbub (Allah). Sedangkan orang yang telah mencapai derajat al-mahbub (kekasih Allah), setiap hembusan nafasnya adalah kepastian Allah, karena ia berjalan di atas makhluk dengan pertolongan Allah.

Derajat al-mahbub lebih tinggi dari al-muhib, sebab pecinta adalah salik yang terpikat (al-majdzub), sedangkan al-mahbub adalah orang terpikat (al-majdzûb) yang salik, al-muhib adalah murîd (pencari) sedang al-mahbûb adalah murod (yang dicari). Ibadah dilakukan untuk mu’awadloh (mencari keuntungan), sedangkan mahabbah untuk taqorrub (persandingan) dengan kekasih. Dari sinilah manusia bisa dikelompokkan menjadi empat. Yakni manusia yang mengharapkan pahala dunia akhirat, manusia yang mengharapkan pahala akhirat saja, manusia yang mengharapkan pemilik kedua pahala tersebut dan manusia yang sama sekali tidak memiliki harapan.

Rabî’ah aL-Adawiyyah (w. 165 H), sepenggal nama yang sangat legendaris dalam dunia tasawuf, telah dinobatkan sebagai wanita perintis jalan mahabbah ini. Ketika sufi wanita terkenal dari Bahsrah ini berziarah ke makam Rasûlullâh saw. pernah mengatakan; “Maafkan aku ya Rasul, bukan aku tidak mencintaimu, tapi hatiku telah tertutup untuk cinta yang lain, karena telah penuh cintaku pada Allah swt.”. Tentang cinta itu sendiri Rabî’ah mengajarkan bahwa cinta harus menutup dari segala hal kecuali yang dicintainya. Bukan berarti Rabî’ah tidak cinta kepada Rasul, tapi kata-kata yang bermakna simbolis ini mengandung arti bahwa cinta kepada Allah adalah bentuk integrasi dari semua bentuk cinta termasuk cinta kepada Rasul. Jadi mencintai Rasûlullâh saw. sudah dihitung dalam mencintai Allah swt. Seorang mukmin pecinta Allah pastilah mencintai segala yang di cintai-Nya pula. Rasulullah pernah berdoa: “Ya Allah karuniakan kepadaku kecintaan kepada-Mu, kecintaan kepada orang yang mencintai-Mu dan kecintaan apa saja yang mendekatkan diriku pada kecintaan-Mu. Jadikanlah dzat-Mu lebih aku cintai dari pada air yang dingin.”

Untuk mencapai mahabbah ini, ada tangga-tangga (maqamat) yang harus dilewati, yakni taubat, zuhud, wara’, sabar, syukur dan ridlo. Pembagian tangga-tangga ini hanya sebatas teknis untuk memahamkan dan tidak bisa dipahami secara formal, dalam arti harus dijalani secara berurutan satu demi satu, melainkan boleh jadi semuanya dilakoni secara sekaligus. Dosa bagi penempuh jalan sufi adalah suatu yang sangat menyakitkan karena dapat memisahkan dengan Kekasih. Keyakinan bahwa dosa menjadi jurang pemisah dengan kekasih inilah yang akan membimbing seseorang tulus dalam taubat.
Setelah kerak dosa berhasil dihapus dengan taubat, maka dibutuhkan sebuah sikap penjagaan dari dosa, sikap yang harus dilakukan sebagai usaha ini adalah dengan gaya hidup zuhud dan wara’. Dalam perspektif sufi ada dua bentuk zuhud yang bisa dilakukan. Pertama zuhud dalam bentuk simbolis di mana seseorang menempatkan dunia di bawah kecintaan kepada Allah, artinya berharta namun tak sedikitpun terlintas dalam hati memilikinya. Kedua, zuhud total, yakni penolakan secara total segala sarana dan fasilitas duniawi. Jalan zuhud yang kedua inilah yang dipilih Rabî’ah sehingga membawanya pada sikap yang tidak bisa digoda oleh kemegahan dan kelezatan dunia.
Sikap zuhud atau menceraikan dunia dari hati harus diimbangi dengan sikap sabar dan syukur menghadapi setiap gelombang dan ombak kehidupan sehingga akan muncul sikap senantiasa ridlo dengan segala kehendak dan ketentuan Allah. Dalam konteks seperti ini, Rabî’ah pernah ditanya tentang ridlo, kapankah seorang hamba dikatakan ridlo? Dia menjawab; “apabila bagimu penderitaan sama menggembirakannya dengan anugrah”. Pernah ketika Rabî’ah sedang menderita sakit, Sufyan As-Saury memintanya berdoa agar lekas disembuhkan. Tetapi Rabî’ah malah mengatakan; “jika Allah bermaksud mengujiku, mengapa aku harus berpura-pura tidak tahu atas kehendak-Nya? Pernah juga suatu hari ketika Rabî’ah sedang shalat, batu bagian atas rumahnya jatuh mengenai kepalanya hingga berdarah. Ia tidak merasakan sedikitpun rasa sakit dan tetap melanjutkan shalat. Selesai shalat ia ditanya; Rabî’ah, apa engkau tidak merasakan sakit? Ia menjawab; “Tidak, sebab Allah telah menjadikan diriku ridlo menerima setiap kehendak-Nya. Setiap yang terjadi adalah atas kehendak-Nya”.

Di bawah kendali sikap sabar dan syukur inilah hamba akan senantiasa ridlo dengan setiap suratan Ilâhi yang telah digariskan. Mengeluh dan tidak menerima (ridlo) ketika ditimpa musibah adalah sikap berontak dan menggugat atas ketetapan-Nya. Sikap hamba seperti ini membuktikan masih mempersoalkan otoritas keagungan tuannya.
Keberhasilan melewati ritus-ritus di atas maka akan sampailah pada mahabbah yang merupakan puncak dari ajaran Rabî’ah. Ajaran cinta ini sebenarnya telah melampaui ajaran yang digagas oleh Hasan aL-Bashry yang bertumpu pada dorongan rasa takut (khauf) dan harapan (roja’). Bahkan Rabî’ah pernah melontarkan kritikan cerdas terhadap cara penyembahan Allah yang bertumpu pada khauf dan roja’. Dikisahkan, suatu hari sejumlah orang melihat Rabî’ah membawa sebatang obor dan seember air sambil berlari-lari. Mereka menegurnya, “wahai perempuan tua, hendak ke manakah engkau, dan apa arti semua ini? Rabî’ah menjawab; “aku akan menyulut api di surga dan menyiramkan air di neraka sehingga hijab di antara keduanya akan tersingkap sama sekali dari orang-orang yang berziarah dan tujuan mereka akan semakin yakin, lalu hamba-hamba Allah yang setia akan mampu menatap-Nya tanpa motifasi baik rasa takut atau harapan. Apa jadinya sekira harapan akan surga dan rasa takut akan neraka tidak ada sama sekali? Maka tidak ada seorang pun yang akan menyembah Allah”.

Menurut perspektif Rabî’ah, cinta membutuhkan totalitas, sehingga sikap yang harus dilakukan adalah bagaimana kekasih tidak merasa cemburu. Allah maha pencemburu. Jika tidak, kenapa Allah sangat murka dan tidak memaafkan ketika hamba menduakannya dengan sesembahan lain (musyrik)? Dikisahkan, suatu hari beberapa jamaah Rabî’ah mengunjunginya. Saat itu, Rabî’ah sedang terbaring sakit dengan tubuh lemah dan pucat. Mereka menyapa; “Rabî’ah, bagaimana keadaanmu?” Rabî’ah menjawab; “Aku juga tidak tahu apa penyebab penyakitku ini. Demi Allah diperlihatkan kepadaku surga, lalu aku terlintas untuk memilikinya. Mungkin Allah cemburu terhadap sikapku ini, lalu Dia mencelaku. Dia menghendaki agar aku kembali kepada-Nya dan menyadari kesalahanku”.

Inilah ajaran mahabbah yang dirilis Rabî’ah, sekedar membayangkan surga saja, ia sudah menganggap Kekasihnya cemburu. Sebuah kecemburuan suci. Jangankan kenikmatan duniawi, kenikmatan akhirat pun tidak ia harapkan, karena yang menjadi cita-citanya cuma satu; berjumpa dengan sang Kekasih (Allah). Hanya kepada hamba yang mencintai-Nya dengan cara seperti itu, Allah akan menyibakkan diri-Nya dengan segala keindahan (jamâl) dan keagungan-Nya (jal’âl) yang sempurna (kamâl). Rumusan cinta Rabî’ah dapat disimak dalam doa mistiknya:

“Oh Tuhan, jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka, maka bakarlah aku di dalamnya dan besarkan tubuhku di neraka hingga tidak ada tempat lagi bagi hamba-hamba-Mu yang lain. Dan jika aku menyembah-Mu karena berharap surga, maka campakkanlah aku dari sana dan berikan surga itu untuk hamba-hamba-Mu yang lain; sebab bagiku engkau saja sudah cukup; Tapi jika aku menyembah-Mu karena Engkau semata, maka janganlah engkau sembunyikan keindahan-Mu yang abadi.”

Dalam kitab aL-Mahabbah, Imam aL-Ghazâly mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki level tertinggi.
“(Allah) mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (QS. aL-Mâidah : 54)

Friday, February 17, 2012

~Hukum Penutup Muka~

بسم الله الرحمن الرحيم

In The Name Of Allah Most Gracious Most Merciful..
peace and blessings for the Prophet Muhammad's beloved us...

Gerakkan dan serangan wahabi Mesir tidak hanya sampai kepada pengahancuran kuburan dan menguasai masjid-masjid milik pemerintah, bahkan sekarang mereka turun dan berkumpul ke Dar Ifta` Mesir untuk berdemontrasi menuntut agar Mufti Mesir Profesor Doktor Ali Jum`ah turun dari jabatannya disebabkan fatwanya yang menurut kaum wahabi tidak berpihak kepada mereka.

Wahabi Mesir tidak menerima fatwa Syeikh Ali Jum`ah yang mengatakan bahwa Niqab ( Cadar / Purdah) suatu kebiasaan yang di bolehkan dan bukan merupakan satu kewajiban (ditinggalkan berdosa), sementara para jamhur ulama telah memutuskan bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan termasuk aurat bagi perempuan.

Warga Wahabi membuat fitnah dengan memutar balikkan fatwa Syeikh Ali Jum`ah agar orang banyak mendukung mereka yang ingin menjatuhkan Mufti, mereka mengatakan bahwa Mufti mengharamkan pemakaian Niqab di Mesir Hal ini di bantah oleh Mufti sebagaimana yang di kutip oleh surat kabar harian ” Yaum Sabi` ” pada tanggal 29 April 2011.

Mahkamah Agung Adriministratif menanyakan kepada Mufti tentang hukum menggunakan Niqab dan pelarangan menggunakannya sementara ketika melaksanakan prosedur adriministrasi memasuki ruang ujian ( pemeriksaan-red ) dan membuat pasport, mengingat sudah banyak kejadian perempuan-perempuan yang menggunakan niqab berlaku curang ketika didalam ujian.

Maka Mufti menegaskan : ” bawah fatwa yang di keluarkan oleh Lembaga Fatwa Mesir dan Lembaga Riset Islam yang terdiri dari ulama besar di seluruh dunia menyatakan bahwa wajah dan telapak tangan bukan termasuk auratnya perempuan, sebagaimana juga pendapat mayoritas ulama islam dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Imam Mardawi al-Hanbali mengatakan bahwa pendapat yang sahih didalam mazhab Hanbali adalah muka dan telapak tangan tidak termasuk aurat “.

Mufti melanjutkan :
” Bahwa fatwa ini bukan saja dimulai oleh mereka, bahkan Imam Auza`i, Imam Abu Tsur , Atha`, Ikrimah, Sa`id bin Jubair, Abu Sya`tsa`, ad-Dhahak, Ibrahim an-Nakha`i juga berpendapat seperti itu, sementara diantara para sahabat yang berpendapat seperti itu adalah Umar, Ibnu Abbas,


Dan Mufti juga menegaskan bahwa ;
pemakaian Niqab merupakan satu kebiasaan menurut mayoritas ulama, hal ini merupakan kebebasan seseorang yang ingin memakainya atau tidak memakainya, kecuali jika bersangkut paut dengan adriministarasi seperti membuat pasport, kartu kependudukkan, identitas diri, bekerja di lembaga kesehatan, unit keamanan dan sebagianya maka boleh bagi pemerintah melarang menggunakan Niqab ketika urusan tersebut dilaksanakan”.


Mufti menambahkan :
” Beginilah keputusan ulama umat dari zaman dahulu sampai sekarang jika bersangkut paut sesuatu yang Mubah ( Boleh-red) maka negara boleh membatasinya sesuai dengan maslahah dan mudhrat
.

Sementara Partai Nahdhah mengecam golongan yang ingin menurunkan mufti sebagaimana yang di kutip oleh surat kabar harian ” Youm Sabi` ” pada tanggal 1 Mei 2011.

Adham Hasan sebagai wakil pendiri Partai Nahdhah berkata :
” Mufti Mesir berfatwa berlandaskan mazhab mayoritas ulama dari Hanafiyyah, Malikiyyah, Syafi`iyyah, dan Hanbilah yang tidak berhaluan keras, kami mengecam suara tinggi yang ingin menjatuhkan Mufti dan pemikiran redikal serta mendukung pendapat Mufti Mesir, beliau merupakan ulama terhormat yang sangat jarang sekali didapati seperti dia di negeri ini”.


Bahkan parati Nahdhah akan membuat demontrasi besar-besaran mendukung mufti dan menolak golongan redikal dari kelompok wahabi yang berdemontarsi di depan bangunan lembaga Fatwa Mesir.

Perlu di ketahui :

1- Di sebabkan penggunaan Niqab banyak terjadi pencurian di Mesir, sebab pelakunya adalah seorang laki-laki yang menggunakan Niqab, demikian juga baru-baru ini tertangkapnya seorang laki-laki yang membawa senjata tajam di lapangan Tahrir, laki-laki ini menggunakan Niqab untuk melaksanakan aksinya, banyak terjadi penzinaan di rumah seorang perempuan yang suaminya bekerja di luar, sebab kekasih gelapnya menggunakan niqab untuk masuk kerumah mereka, dan peristiwa yang banyak terjadi adalah banyaknya pengguna niqab yang curang didalam ujian atau pemeriksaan di Universitas, mereka menggunakan telfon genggam ( Hp-Handset ) ketika melaksanakan aksinya, dan banyak pegawas ujian yang menangkap mereka.

2 – Orang yang menggunakan Niqab kebanyakkannya menganggap bahwa perempuan yang tidak menggunakannya dalah perempuan yang jahat, bermaksiat dan berdosa sehingga berhak masuk kedalam neraka.

= Niqab adalah penutup muka bagi seorang perempuan.

Senyum....
Syukur...
Selalu..
Selamat beramal.

Bicara Sang Faqir,
Sudan,Arkhawit,baitil intihad,
1 P.M,Jumaat.

Friday, February 3, 2012

~Kunci Tabir Kehidupan~


In The Name Of Allah Azza Wajalla, Most Gracious, Moast Merciful

Man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu, faqad 'arafa rabbahu, fasadal jasadu..maksudnya Barangsiapa mengenal dirinya, kenallah Tuhannya, apabila kenal Tuhannya, binasa jasadnya...

Ayat di atas, pada sesetengah orang yang mengambil pendekatan yang lebih berhati-hati, menerima ayat ini dari sudut keilmuan dalam konteks ianya adalah kata-kata hukama' (ahli hikmah), oleh kerana ada sebahagian ulama' mengatakan ianya bukan hadis Nabi saw. Justeru bagi memelihara diri dan wara' serta bimbang termasuk dalam sabda Nabi saw yang mengatakan, siapa-siapa mendakwa sesuatu itu dariku (Nabi saw), tetapi sebenarnya bukan dariku, maka nerakalah lebih layak baginya.

Jika kita buka link ini - Hadith: Siapa Kenal Dirinya Maka Kenal Tuhannya?
kita mendapati beberapa pendapat dan pandangan ulama'. Bahkan ada ulama' yang mentafsirkannya dari sudut pandang keilmuan dan kefahaman yang mereka ada tetapi tidak lari dari kefahaman Ahli Sunnah wal Jamaah.


Dalam Al-Hikam (Ibnu Athaillah), banyak terdapat kata-kata ahli hikmah, justeru banyak dari kalangan orang-orang soleh dan para wali seringkali mengeluarkan kata-kata hikmah dan sebahagian kata-kata hikmah itu terkumpul dalam kitab ini. Ramai guru-guru telah mensyarahkan kitab ini. Di Malaysia boleh dikatakan di setiap negeri ada ramai ustaz mengadap kitab ni. Di pondok-pondok, kitab ni boleh dikatakan antara yang perlu disyarahkan. Guru yang arif akan mensyarahkan kitab ini dengan baik.

Ok..balik kepada kalam hukama' - Man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu, faqad 'arafa rabbahu, fasadal jasadu..maksudnya Barangsiapa mengenal dirinya, kenallah Tuhannya, apabila kenal Tuhannya, binasa jasadnya...

Jika kita mahu memahami ayat di atas secara lafzi semata-mata, rasanya sukar difaham. Untuk mudah memahaminya kita buka sedikit dari maksud ayat ini...

Saidina Ali ra pernah mengatakan: Aku menyembah Allah yang aku nampak...Pada sisi aliran fekah serta aliran orang yang mahu memahami satu-satu ucapan atau perkataan secara lafzi semata-mata (termasuklah ayat-ayat Al Quran dan hadis-hadis bukan hanya kata-kata hikmah tertentu sahaja), mana boleh kan? Nampak Allah yang disembah sebab Allah tu laisa kamitslihi syai'un, ertinya Allah itu tidak sama dengan segala sesuatu. Tetapi ulama' ilmu ketuhanan, tarikat, tasauf dan kerohanian menerima perkataan-perkataan ini dengan huraian ilmu dan kefahaman mereka. Ada lagi satu hadis sahih yang berkaitan, iaitu tentang ihsan, engkau menyembah Allah seolah-olah engkau nampak Allah, jika tak dapat, engkau yakinlah menyembah Allah seolah-olah Allah nampak engkau.

Yakin tu rasa yang ada di dalam hati. Saidina Ali ra melihat Allah dari matahatinya. Saidina Ali juga terkenal kisahnya tentang solat yang khusyuk. Al kisahnya, Saidina Ali terkena panah, apabila hendak mencabut anak panahnya keluar semasa keadaan biasa, terasa sakitnya. Lalu Saidina Ali ra mengatakan cabutlah anak panah itu ketika aku solat...Itulah keadaannya ihsan..Itulah maksud Saidina Ali ra yang mengatakan Aku menyembah Allah yang aku nampak. Itulah maksud kata-kata hikmah -
Man 'arafa nafsahu, 'arafa rabbahu, faqad 'arafa rabbahu, fasadal jasadu..maksudnya Barangsiapa mengenal dirinya, kenallah Tuhannya, apabila kenal Tuhannya, binasa jasadnya.
Jasad Saidina Ali seolah-olah binasa, tiada rasa sakit, tiada kesedaran sewaktu anak panah dicabut dari tubuhnya..Itulah maksud khusyuk dalam solat..Tentang khusyuk ni pun banyak juga huraian dan pendapat ulama', halaqian boleh membacanya dalam Ihya' Ulumuddin, Imam Al Ghazali rh..

Ulama' yang 'arif ilmu ketuhanan, sesetengah orang memanggil 'arifbillah, menghuraikan kalimah ismuz zat, lafaz jalalah Alif Lam Lam Ha "ALLAH" itu lebih mendetail. ZatNya, sifatNya, asmakNya dan af'alNya. Jadi dalam maksud perkataan Saidina Ali serta hadis ihsan itu, ulama' menghuraikan lagi maksud dan ertinya...
Allah yang mana yang dimaksudkan oleh Nabi saw dan Saidina Ali itu?
......
Huraian tentang solat juga diperdalami dengan lebih mendetail dari sudut keilmuan tetapi rukun dan syarat sama sekali tak boleh diabaikan...rukun dan syarat itu diperincikan lagi ilmu dan kefahamannya....umpama nak makan kuih, supaya kuih lebih halus dan sedap terasa kelazatannya, lalu digali ilmu pembuatan kuih itu supaya kuih lebih berkualiti..Huraian tentang solat juga diperdalami dengan lebih mendetail dari sudut keilmuan tetapi rukun dan syarat sama sekali tak boleh diabaikan...

rukun dan syarat itu diperincikan lagi ilmu dan kefahamannya....umpama nak makan kuih, supaya kuih lebih halus dan sedap terasa kelazatannya, lalu digali ilmu pembuatan kuih itu supaya kuih lebih berkualiti..

Zulfadhli Othman,sudan(compelx Petronas),
11 rabiulawal 1433,
3:17 P.M

~Isthikharah~



In The Name Of Allah,Most Gracious,Most Merciful..


Istikharah Perlu Difahami

Maksud Istikharah ialah kita meminta bantuan Allah dalam membuat pilihan dalam pelbagai perkara dan urusan. Menurut hadith yang dikeluarkan oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya dengan sanadnya daripada Jabir radhiyallaahu ‘anhuma, beliau berkata:

Daripada Nabi sallallaahu ‘alayhi wa sallam Baginda bersabda:
Apabila sesiapa daripada kalangan kamu diberatkan oleh sesuatu maka hendaklah dia Rukuk dengan dua Rukuk (mengerjakan Solat dua rakaat) yang selain daripada Solat yang Fardhu (yakni mengerjakan Solat dua Rakaat dengan niat Istikharah).

istikharah menurut sunnah rasulullah,
Lakukan Solat istikharah 2 rakaat sama dengan solat2 sunnah lain, membaca dsurah alfatihah dalam setiap rakaat dan ayat2 yang mudah di baca tidak harus surat al-kafirun di rakaat pertama dan al-ikhlas di rakaat ke dua(setelah alfateha) kemudian setelahnya berdoa (istikharah)
sesuai dengan hadis shahih berikut:

Jabir bin Abdullah r.a mengabarkan,
" Rasulullah saw, mengajari kami istikharah dalam segala urusan sebagaimana beliau mengajari kami surat AlQur'an. Kata Beliau,"Apabila salah seorang dari kalian mempunyai rencana untuk melakukan sesuatu, hendaklah dia rukuk dua rakaat yang bukan fardhu(lima waktu), lalu hendaklah dia membaca doa istikharah...."
(HR Bukhari, Ahmad,dll)

Kemudian hendaklah dia berdoa: Ya Allah, aku beristikharahkan Engkau dengan ilmu-Mu dan aku juga memohon ketetapan dengan ketetapan yang bersandarkan kurniaan-Mu yang Maha Agung. Engkaulah yang Maha Menetapkan sedangkan aku tidak mampu untuk menetapkan. Engkau Maha Mengetahui dan aku pula tidak mengetahui. Engkaulah yang Maha Mengetahui akan perkara-perkara yang tersembunyi. Ya Allah, jika pada ilmu-Mu sesungguhnya urusan ini adalah baik untukku pada agama, kehidupan dan kesudahan urusanku (kini dan datang), maka tetapkanlah ia untukku dan mudahkanlah ia bagiku. Kemudian berkatilah bagiku di dalam pilihan ini. Dan andaikata pada ilmu-Mu sesungguhnya hal ini adalah buruk bagiku pada agama, kehidupan dan kesudahan urusanku (kini dan akan datang), maka hindarkanlah ia daripadaku dan hindarkanlah aku daripadanya. Tetapkanlah bagiku kebaikan dan jadikanlah aku redha dengannya.

Ketenangan Membuat Keputusan

Berdasarkan hadis di atas, kita memohon Allah memberikan kita yang terbaik semasa kita membuat pilihan terhadap sesuatu perkara. Kerana Allah mengetahui apa yang tersirat di dalam setiap sesuatu kejadian. Yang berlaku pasti ada hikmahnya. Tatkala kita masih ragu-ragu dengan pilihan yang ingin dibuat, laksanakanlah lagi solat tersebut. Tidak ada masalah untuk melakukannya berulang kali, sehingga kita beroleh ketenangan ketika membuat keputusan. Menurut al-Imam al-Nawawi, seseorang yang melakukan istikharah, maka dadanya akan terbuka luas untuk sesuatu urusan, malah dia akan terlihat kebaikan pada perkara yang akan dilakukan atau sebaliknya.

Secara amnya, kita timbang tara setiap keputusan yang dibuat, dan untuk memudahkan kita menyakini keputusan yang ingin dilaksanakan, seelok-eloknya mintalah pandangan kepada mereka yang kita percaya dan mampu memberi pendapat dengan baik terhadap perkara tersebut. InsyaAllah, keputusan mana yang kita rasa terbaik, itulah yang kita ambil. Bukannya menanti petanda dan berkata “Allah telah menunjukkan bahawa itu yang perlu dilakukan”. Dikhuatiri syaitan yang memberi petanda yang kita harapkan, kerana pilihan yang kita inginkan selalunya yang menyalahi tuntutan iman kita.

Satu petikan dari artikel tersebut ialah Tambahan pula dalam keadaan jiwa anak muda yang selalu lemah untuk menolak kehendak diri dan sering terdorong mengikut kemahuan. Jiwanya tidak bulat meminta kepada Allah, sebaliknya bermain helah untuk mengharapkan Allah menyokong kecenderungan dirinya sendiri. Tatkala mana kita mengharapkan petanda adalah berharap Allah menunjukkan petanda yang sesuai dengan kemahuan kita. Bukannya berdasarkan timbang tara akal fikiran dalam melaksanakan sesuatu keputusan.

Istikharah Memohon Keredhannya

Setelah Solat Istikharah dilakukan, kita berharap keyakinan untuk melakukan keputusan tanpa perlu menanti petanda dariNya. Apa yang terjadi selepas itu pasti ada hikmah, samada berbentuk nikmat atau ujian. Bersangka baik sesuatu pilihan, selagi pilihan itu berada di jalanNya, dengan berlandaskan iman, bukan nafsu yang membuak-buak. Ubah mentaliti tentang mengharap mimpi datang, atau petanda berdasarkan keadaan, kerana kita yang membuat keputusan, dan tuhan yang menampakkan hasil di sebalik pilihan. Petunjuk itu memang ada, cuma jangan menantinya serta mengharapkannya, hindarinya, kerana syaitan berusaha mengambil kesempatan pada dalam kesempitan. Berhati-hati dengan pilihan kita, jika memudaratkan, penuh keburukan, jelas sekali, bukan dariNya, melainkan syaitan yang berusaha menyesatkan kita.

Orang yang tidak mungkin shalat, mis perempuan yg sedang haid boleh mengerjakan istikharah hanya dengan membaca doanya(tanpa shalat)demikian juga yang lain yg tidak memungkinkan untuk shalat., jadi tidak ada alasan untuk tidak beristikharah ketika mengalami pilihan.

Syaikhul Islam ibnu Tamiyyah menyatakan,
" dalam sholat istikharah ataupun shalat lainnya, boleh berdoa sebelum salam ataupun sesudahnya. Sedangkan doa sebelum mengucapkan salam itu lebih utama karena sebagian besar doa nabi adalah sebelum salam.Di samping itu sebelum salam itu artinya org yg shalat itu blum beranjak maka ini lah yg lebih baik. Wallahua'lam."
(majmu alfatawa, 23/177)

Apa sahaja pilihan yang dibuat, redha dengan ketentuannya. Kerana ketentuan itu adalah petunjuk dariNya juga. Firman Allah
“..Mungkin kamu benci pada sesuatu, sedangkan ia lebih baik bagimu, mungkin juga kamu cintai sesuatu, sedangkan ia mudarat bagimu. Dan Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak”

(Al-Baqarah : 216).



Nah, sekarang mari kita lakukan istikharah sebelum mengambil keputusan agar tiada cela di dalamnya..InshaAllah.


Zulfadhli Othman,sudan,(complex petronas)
3Februari 2012,
3:10 A.M.

Thursday, February 2, 2012

~Bertakwalah kpd Allah dmana sahaja kamu berada~


Kalimat hamdalah dan puji syukur yang senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Jalla wa `Ala yang senantiasa memberikan kepada kita kenikmatan-Nya, kenikmatan yang nampak dan yang tersembunyi. Terkhusus kenikmatan Islam, iman, dan kenikmatan berpegang teguh terhadap agama Allah ini merupakan kenikmatan yang besar yang diberikan kepada kita semua.

Dan juga merupakan nikmat yang Allah berikan kepada kita dimana pada malam ini kita dikumpulkan dalam majelis ilmu. Di dalamnya kita saling mengingatkan, semoga Allah menggolongkan kita diantara orang-orang yang saling beriman dan beramal shalih, dan saling menasihati di dalam kebenaran dan kesabaran, dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang mendapat naungan pada hari kiamat di hari yang tidak ada perlindungan selain perlindungan-Nya.

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari hadits Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,
“Tujuh golongan yang akan Allah berikan naungan padanya pada hari kiamat di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya,…”
salah satunya adalah dua orang yang mereka saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul karena Allah, dan mereka berpisah juga karena Allah.

Maka kita berharap pertemuan kita pada malam hari ini mendapatkan berkah dari Allah, pertemuan dalam keadaan kita saling mencintai karena Allah, persahabatan yang erat, yang tidak akan dipisahkan oleh Allah baik di dunia atau di akhirat. Bahwa orang orang yang berteman setia pada hari kiamat nanti sebagiannya akan bermusuhan dengan yang lainnya kecuali orang yang bertakwa. Maka merupakan hal yang baik bila dalam pertemuan singkat ini kita saling menasihati, Rasulullah bersabda dalam hadits Muslim bahwa agama itu dibangung di atas nasihat.

Bekal dalam kehidupan dunia yang menjadikan kita semoga termasuk diantara orang-orang yang selalu berada di dalam kebaikan dan mendapatkan ridha dari Allah yaitu:
Bertakwa kepada Allah
Firman Allah,
“Dan berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah bertakwa (kepada Allah)“
. Dan wasiat ini sama untuk umat Nabi Muhammad dan umat sebelumnya, sebagaimana dalam Firman Allah, “Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kalian dan kalian agar selalu bertakwa kepada Allah“.

Salah seorang ulama mendefinisikan taqwa dengan,
“Bertakwa kepada Allah adalah engkau beramal dengan ketaatan-ketaatan kepada Allah di atas cahaya dan bimbingan dari Allah dalam keadaan engkau mengharap pahala dari Allah. Dan engkau meninggalkan kemaksiatan di atas cahaya dan bimbingan dari Allah dalam keadaan engkau takut mendapat siksa-Nya”.



Zulfadhli Othman.sudan,(complex petronas)
9 rabiul awal 1433H,
10:45P.M